RINGKASAN MATERI KULIAH
Siklus
produksi (production
cycle) adalah
serangkaian aktivitas bisnis dan operasi pemrosesan informasi terkait yang
terus-menerus berhubungan dengan pembuatan produk. Figur 14-1 menunjukkan
bagaimana siklus produksi dihubungkan dengan subsistem lain dalam sistem
informasi sebuah perusahaan.
1. Langkah pertama dalam siklus produksi
adalah desaian produk. Tujuannya dalah untuk mencipakan sebuah produk yang
memenuhi kebutuhan pelanggan dari segi kualitas, daya tahan, dan fungsionalitas
sementara secara simultan meminimalkan biaya produksi. Aktivitas desain produk
menghasilkan dua output:
- Daftar bahan baku (bill of materials-BOM) adalah sebuah dokumen yang menyebutkan nomor bahan baku, deskripsi, dan kuantitas dari tiap-tiap komponen yang digunakan dalam produk jadi.
- Daftar operasi (operation list) adalah sebuah dokumen yang menspesifikasikan urutan langkah-langkah untuk mengikuti dalam membuat produk, peralatan apa yang digunakan, dan seberapa lama setiap langkah yang diambil.
Alat-alat seperti perangkat lunak manajemen siklus hidup
produk (product life-cycle) management-PLM) dapat membuat
meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari proses desain produk.
Perangkat lunak PLM terdiri atas tiga komponen kunci:
perangkat lunak computer-aided design (CAD) untuk mendesaian
produk baru, perangkat lunak manufaktur digital yang menirukan bagaimana
produk-produk tersebut akan diproduksi, dan perangkat lunak manajemen data
produk yang menyimpan semua data yang terkait dengan produk.
2. Langkah kedua dalam siklus produksi
adalah perencanaan dan penjadwalan. Tujuannya adalah mengembangkan rencana
produksi yang cukup efisien untuk memenuhi pesanan yang ada dan mengentisipasi permintaan
jangka pendek sekaligus meminimalkan persediaan bahan baku dan barang jadi. Dua
metode umum perencanan produksi adalah:
- Manufacturing resource planning (MRP-II) adalah perpanjangan dari perencaaan sumber daya bahan baku yang berupaya untuk menyeimbangkan kapasitas produksi yang ada dengan kebutuhan bahan baku untuk memenuhi permintaan penjualan yang diperkirakan. Sistem MRP-II disebut juga sebagai push manufacturing, karena barang-barang yang diproduksi dalam ekspektasi permintaan pelanggan.
- Produksi ramping (lean manufacturing) memperpanjang prinsip-prinsip sistem persediaan just-in-time untuk seluruh proses produksi dan untuk meminimalkan atau mengeliminasi persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. produksi ramping sering disebut sebagai pull manufacturing karena barang-barang yang diproduksi sebagai respons terhadap permintaan pelanggan.
Informasi mengenai pesanan pelanggan, perkiraan penjualan,
dan tingkat persediaan barang jadi digunakan untuk menentukan tingkat produksi.
Hasilnya adalah master production schedule (MPS-jadwal
induk produksi), yang mentutkan seberapa banyak tiap-tiap produk untuk
diproduksi selama periode perencanaan dan ketika produksi tersebut harus
terjadi.
- Aktivitas perencanaan dan
penjadwalan menghasilkan tiga dokumen lain, yaitu :
1. Pesanan produksi (production order), sebuah dokumen yang mengotorisasi pembuatan dalam
kuantitas yang telah ditentukan pada produk tertentu.
2. Permintaan bahan baku (materials requisition), mengotoriasi penghapusan dari
kuantitas yang diperlukan bahan baku dari ruang penyimpanan.
3.
Kartu pemindahan (move ticket),
dokumen yang mengidentifikasi transfer internal dari bagian, lokasi dimanan
bagian tersebut ditransfer, dan waktu di transfer.
3. Langkah ketiga dalam siklus produksi
adalah pembuatan produk yang sebenarnya. Cara aktivits ini dicapai berbeda-beda
di berbagai perusahaan, perbedaan berdasarkan jenis produk uang diproduksi dan
tingkat otomatisasi yang digunakan dalam proses produksi.
Menggunakan berbagai
bentuk teknologi informasi (TI) dalam
proses produksi, seperti robot dan mesin yang dikendalikan computer, disebut
sebagai computer-integrated manufacturing (CIM). CIM adalah sebuah pendekatan
manufaktur dengan banyak proses manufaktur dijalankan dan diawasi dengan
peralatan terkomputerisasi, sebagian melalui penggunaan robot dan pengumpulan
data real-time dari aktivitas manufaktur.
Perbedaan lainnya adalah bahwa
pesanan untuk mesin dan peralatan hamper selalu melibatkan permintaan resmi
bagi penawaran kompetitif oleh pemasok yang potensial. Sebuah dokumen yang
disebut request for proposal (RFP-permintaan untuk proposal) adalah sebuah
permohonan oleh sebuah organisasi atau departemen bagi pemasok untuk mengajukan
penawaran guna memasok sebuah aktiva tetap yang memiliki karakteristik
spesifik.
4.
Langkah
terakhir dalam siklus produksi adalah akuntansi biaya. Tiga tujuan utama dari sisem
akuntansi biaya adalah (1) menyediakan informasi untuk perencanaan,
pengendalian, dan pengevaluasian kinerja operasi produksi; (2) menyediakan data
biaya yang akurat mengenai produk untuk digunakan dalam penetapan harga dan
keputusan bauran produk; dan (3) mengumpulkan dan memproses informasi yang
digunakan untuk menghitung nilai-nilai persediaan dan harga poko penjualan yang
muncul dalam laporan keuangan perusahaan. Terdapat dua perhitungan yang digunakan dalam siklus
terakhir produksi:
- Perhitungan biaya job-order (job-order costing), sebuah sistem biaya yang
menentukan biaya ke batch produksi tertentu atau
pekerjaan.
- Perhitungan biaya proses (process costing) sebuah sistem biaya yang
menentukan biaya pada masing-masing proses atau pusat kerja dalam siklus
produksi, dan kemudian menghitung biaya rata-rata semua unit yang
diproduksi.
- Kartu jam kerja (job-time ticket) adalah
sebuah dokumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas tenaga kerja dengan
mencatat jumlah waktu seorang pekerja yang dikeluarkan dalam setiap tugas
pekerjaan tertentu.
- Overhead pabrik (manufacturing overhead) adalah
seluruh biaya
manufaktur yang secara ekonomis tidak layak untuk melacak langsung
terhadap pekerjaan atau proses tertentu.
- Perhitungan biaya berbasis
aktivitas (activity-based costing-ABC) adalah sistem biaya yang dirancang untuk melacak
biaya pada aktivitas yang menimbulkannya.
Sistem
perhitungan biaya berbasis aktivitas berbeda dari sistem akuntansi biaya
konvensional dalam tiga cara yang penting:
1. Sistem biaya berbasis aktivitas
berusaha secara langsung menelusuri proporsi besar dari biaya overhead ke
produk.
2.
Sistem
biaya berbasis aktivitas menggunakan sejumlah besar biaya pool untuk
mengakumulasi biaya tidak langsung (overhead pabrik). Sistem
berbasis perhitungan biaya aktivitas membedakan tiga kategori overhead terpisah:
- Overhead yang terkait dengan batch. Contohnya meliputi biaya setup, inspeksi, dan penangan bahan baku.Sistem biaya berbasis aktivitas mengakumulasikan biaya-biaya ini untuk sebuah batch dan kemudian mengalokasikannya ke unit yang diproduksi dalam batch tersebut. Jadi, produk yang dibuat dalam jumlah besar memiliki biaya overhead yang terkait denagan batch yang lebih rendah per unitnya daripada produk yang dibuat dalam jumlah kecil.
- Overhead yang terkait dengan produk. Biaya ini terkait dengan perbedaan lini produk perusahaan. Contohnya meliputi penelitian dan pengembangan, expediting, pengiriman dan penerimaan, regulasi lingkungan, dan pembelian. Sistem biaya berbasis aktivitas mencoba menghubungkan biaya-biaya ini dengan produk tertentu ketika memungkinkan.
- Overhead keseluruhan perusahaan. Kategori ini termasuk biaya-biaya seperti sewa atau pajak properti. Biaya ini diberlakukan keseleruh produk dengan menggunakan tarif departemen atau pabrik.
3.
Sistem
biaya berbasis aktivitas berupaya untuk merasonalkan alokasi overhead ke
produk dengan mengidentifikasi pemicu biaya. Pemicu biaya (cost
driver) adalah segala sesuatu yang memiliki hubungan sebab-akibat
terhadap biaya.
Throughput: Sebuah Ukuran Efisiensi Produksi . Throughput menunjukkan jumlah unit barang
yang diproduksi dalam suatu periode
waktu tertentu. Throughput ini terdiri
atas tiga faktor, di mana masing-masing dapat dikendalikan secara terpisah,
sebagaimana yang ditunjukkan dalam formula berikut:
Throughput
= (Total unit
yang diproduksi/Waktu pemrosesan) x (Waktu pemrosesan/Total waktu) x (Unit barang/Total unit)
- Kapasitas produktif, adalah syarat pertama dalam formula tersebut, menunjukkan jumlah unit maksimum yang dapat diproduksi dengan menggunakan teknologi saat ini.
- Waktu pemrosesan produktif adalah syarat kedua dalam formula tersebut, dapat ditingkatkan dengan memperbaiki pemeliharaan untuk mengurangi waktu gagal mesin.
- Yield adalah syarat ketiga dalam formula tersebut, menunjukkan unit barang (yang tidak cacat) yang dihasilkan.
Ukuran
Pengendalian Kualitas. Informasi mengenai biaya kualitas dapat membantu
perusahaan menentukan dampak dari tindakan yang diambil untuk meningkatkan yield dan mengidentifikasi area-area
untuk perbaikan lebih lanjut. Biaya pengendalian kualitas dapat dibagi ke dalam
empat area sebagai berikut:
- Biaya pencegahan berhubungan dengan perubahan terhadap proses produksi yang disesain untuk mengurangi tingkat kecacatan produk.
- Biaya inspeksi berhubungan dengan pengujian untuk memastikan bahwa produk memenuhi standar kualitas.
- Biaya kegagalan internal berhubungan dengan pengerjaan ulang atau pembuangan, produk yang diidentifikasi sebagai produk cacat sebelum penjualan.
- Biaya kegagalan eksternal dihasilkan ketika produk cacat dijual ke pelanggan. biaya ini meliputi biaya-biaya seperti klaim kewajiban produk, garansi dan biaya perbaikan, hilangnnya kepuasan pelanggan, dan kerusakan reputasi perusahaan.
Referensi :
ACCOUNTING INFORMATION SYSTEM, MARSHALL B. ROMNEY & PAUL JOHN STEINBART edisi 13
Komentar
Posting Komentar