BAB 16 KEPEMIMPINAN


DEFINISI KEPEMIMPINAN
Dalam studi manajemen, banyak definisi mengenai kepemimoinan. Pembahasan dalam bab ini mendasarkan pengertian kepemimpinan sebagai suatu proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang terkait dengan penyelesaian pekerjaan oleh anggota-anggota organisasi. Pengertian tersebut mengandung empat hal penting.
1.      Kepemimpinan melibatan orang lain, yaitu karyawan atau pengikut.
2.      Kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuatan atau kekuasaan (power) yang tidak seimbang antara pemimpin dan yang dipimpin.
3.      Kemampuan mengunakan berbagai bentuk kekuatan untuk mempengaruhi (influence) perilaku pengikut dengan berbagai cara.
4.      Aspek keempat merupakan penggabungan menggabungkan ketiga aspek terdahulu dan pemahaman bahwa kepemimpinan berkaitan dengan nilai-nilai (values).
PENDEKATAN KARAKTERISTIK (TRAIT APPROACH)
            Pendekatan yang dilakukan untuk memahami kepemimpinan adalah mencoba untuk melakukan identifikasi terhadap karakteristik personal para pemimpin. Pendekatan ini dilandasi suatu asumsi bahwa karakteristik kepemimpinan terlahir dalam diri seorang pemimpin. Pandangan ini kemudian mendasari suatu pemahaman bahwa seseoang menjadi pemimpin karena dia dilahirkan sebagai pemimpin.
Pemimpin dan Bukan Pemimpin.
            Penelitian menunjukkan bahwa pemimpin memiliki sifat lebih cerdas, lebih terbuka, dan lebih percaya diri dibandingkan dengan bukan pemimpin. Mereka cenderung lebih tinggi. Tetapi, meskipun jutaan orang memiliki sifat-sifat tersebut, kebanyakan dari meraka tidak pernah mencapai posisi sebagai pemimpin.
Pemimpin Efektif dan Tidak Efektif
            Suatu penelitian menemukan bahwa intelejensi, inisiatif dan keyakinan diri diartikan sebagai penentu kinerja manajerial. Penelitian lain menemukan bahwa kepemimpinan efektif tidak tergantung hanya pada sekelompok karakteristik tertentu, melainkan bagaimana karakteristik pemimpin tersebut sesuai dengan persyaratan situasi yang ada.
            Stereotyping rasial merupakan masalah lain dalam mengidentifikasi hubungan antara karakteristik dan kualitas kepemimpinan. Fakta menunjukkan bahwa semakin banyak kelompok-kelompok minoritas mencapai tingkat kesuksesan dalam menjalankan bisnisnya.
PENDEKATAN KEPERILAKUAN (BEHAVIORAL APPROACH)
Ketika muncul bukti bahwa pemimpin efektif tidak selalu ditentukan oleh karakteristik-karakteristik tertentu, para peneliti berupaya untuk memisahkan karakteristik perilaku pemimpin efektif. Dengan kata lain, para peneliti memfokuskan pendekatan ini pada dua aspek yaitu fungsi-fungsi kepemimpinan dan gaya-gaya kepemimpinan.
Fungsi Kepemimpinan
            Para peneliti mengkaji fungsi kepemimpinan atas dasar suatu kesimpulan bahwa untuk mengoperasikan suatu kelompok atau organisasi secara efektif memerlukan seseorang yang memiliki dua kemampuan utama, yaitu task-related atau fungsi pemecahan masalah dan group maintenance atau fungsi sosial.
Gaya Kepemimpinan
            Robert Tannenbaum dan Warren H. Schmidt adalah pakar diantara ilmuan-ilmuan yang menggambarkan berbagai faktor yang mempengaruhi manajer untuk memilih gaya kepemimpinan. Mereka secara khusus lebih menyukai gaya kepemimpinan yang lebih memperhatikan karyawan (employee-centered). Mereka memberikan saran kepada manajer sebelum melakukan pemilihan gaya kepemimpinan untuk mempertimbangka tiga kekuatan penentu, yaitu kekuatan manajer, kekuatan karyawan , dan kekuatan situasi.
Penelitian Universitas Ohio dan Universitas Michigan
            Peneliti-peneliti di Universitas Ohio melakukan penelitian terhadap keefektifan yang mereka sebut sebagai struktur inisiatif (task-oriented) dan pertimbangan (employee-oriented) dalam perilaku kepemimpinan. Penelitian ini membuktikan bahwa tingkat perputaran karyawan berada pada titik terendah dan kepuasan karyawan berada pada titik tertinggi ketika pemimpin berada pada tingkat pertimbangan yang tinggi. Sebaliknya, pimpinan yang berada pada tingkat pertimbangan yang rendah dan tingkat struktur inisiatif yang tinggi menghasilkan tingkat putaran karyawan yang tinggi.
Managerial Grid
            Managerial Grid mengidentifikasi suatu rentang perilaku manajemen yang didasarkan pada berbagai interaksi antara gaya yang berorientasi pada pekerjaan dan karyawan. Gaya 1,1 yang disebut dengan gaya impoverished management memberikan perhatian yang rendah baik kepada orang maupun pekerjaan. Gaya ini kadang disebut dengan laissez-faire management karena pemimpin tidak menjalankan fungsi kepemimpinanya. Gaya 1,9 disebut dengan gaya country club management memiliki perhatian yang tinggi pada karyaan, tetapi perhatian rendah pada produksi. Sebaliknya gaya 9,1 disebut dengan authoritarian compliance meletakan perhatian tinggi pada produksi dan perhatian rendah pada karyawan. Gaya 5,5 merupakan middle-of-the-road management gaya ini memberikan perhaian yang sedang baik pada produksi maupun karyawan. Gaya 9,9 disebut dengan team atau democratic msnsgement gaya ini memberikan perhatian yang tinggi baik pada produksi maupun karyawan.
PENDEKATAN KONTINJENSI (CONTINGENCY APPROACH)
            Pendekatan ini memfokuskan pada faktor-faktor berikut ini:
1.      Persyaratan pekerjaan.
2.      Perilaku dan ahrapan rekan sekerja.
3.      Perilaku, harapan dan karakteristik karyawan.
4.      Kebijakan dan budaya organisasional.
Model Kepemimpinan Situasional Hersey dan Blanchard
            Model kepemimpinan situasional yang diciptakan oleh Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard menyatakan bahawa gaya kepemimpinan yang paling efektif berbeda-beda tergantung pada “kesiapan” karyawan. Model kepemimpinan situsional banyak diterapkan di berbagai organisasi bisnis karena model ini menawarkan konsep mengenai gaya kepemimpinan yang lebih dinamis dan fleksibel.
Gaya Kepemimpinan dan Situasi Kerja: Model Fiedler
            Asumsi dasar model fiedler adalah kesulitan yang dihadapi manajer untuk mengubah gaya kepemimpinan yang telah membuatnya berhasil. Pada kenyataannya, fiedler meyakini bahwa kebanyakan manajer tidak terlalu fleksibel. Pada kenyataanya, Fiedler meyakinkan bahwa kebanyakan manajer tidak terlalu fleksibel. Perubahan gaya manajer untuk menyesuaikan dengan perubahan situasi yang tidak dapat diperkirakan merupakan tindakan yang tidak berguna.
PENDEKATAN JALUR-TUJUAN (PATH-GOAL APPROACH)
            Model ini diformulasikan oleh Martin G. Evans dan Robert J. House. Pendekatan ini didasarkan pada model pengharapan dalam teori motivasi, yang menyatakan bahwa motivasi seseorang tergantung pada harapannya terhadap reward dan valence atau kemenarikan reward tersebut. House dan rekan mencoba untuk memperluas teori jalur-tujuan tersebut melalui identifikasi dua variabel yang menentukan keefektifan gaya kepemimpinan, yaitu:Karakteristik Personal Karyawan dan Tekanan Faktor Lingkungan
Keterlibatan Karyawan : Model Vroom-Yetton dan Vroom-Jago
            Pada tahun 1998, Victor Vroom dan Arthur Jago melakukan kritik terhadap teori jalur-tujuan (path-goal approach) karena teori tersebut gagal untuk menjelaskan situasi yang terjadi ketika manajer harus memutuskan untuk melibatkan karyawan. Sebagai solusinya mereka memperluas model klasik Vroom-Yetton menegnai kepemimpinan situasional dengan memasukkan aspek kualitas dan penerimaan keputusan.
             Model awal Vroom-Yetton dikembangkan pada tahun 1973 untuk membantu para manajer memutuskan kapan dan mengapa mereka seharusnya melibatkan karyawan di dalam penyelesaian berbagai permasalah. Model ini menemukan lima macam gaya kepemimpinan yang tergabung dalam tiga kategori sebagai suatu kontinuum. Ketiga kategori tersebut adalah authoritarian, consultative, dan participative.
PENDEKATAN KEPERILAKUAN KOUZES-POSNER
            Kouzes dan Posner memints para pemimpin untuk menggambarkan diri mereka sendiri pada kondisi terbaik dan Kouzes-Posner juga meminta kepada para karyawan untuk membuat suatu daftar karakteristik pemimpin yang sangat mereka dambakan.
TEORI KEPEMMPINAN MASA DEPAN
Kepemimpinan transformasional dan transaksional
            Podsakoff mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan transformasional merupakan faktor penentu yang mempengaruhi sikap, persepsi, dan perilaku karyawan dimana terjadi peningkatan kepercayaan kepada pemimpin, motivasi, kepuasan kerja dan mampu mengurangi sejumlah konlik yang sering terjadi didalam suatu organisasi.
            Kepemimpinan transaksional adalah gaya kepemimpinan di masa seorang pemimpin menfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin dengan karyawan yang melibatkan hubungan pertukaran.
Teori Bass mengenai Kepemimpinan Transformasional
            Dalam suatu penelitian eksplorasinya, Bernard M. Bass membedakan dua tipe perilaku kepemimpinan, yaitu transaksional dan tranformasioanal. Pemimpin transaksional menentukan apa yang harus dilakukan karyawan untuk mencapai tujuan mereka dan tujuan organisasi, menentukan persyaratan yang diperlukan, dan membantu karyawan untuk meyakinkan bahwa mereka mampu mencapai tujuan dan upaya yang sudah ditentuakan. Sebaliknya, pemimpin transformasi memotivasi kayawan untuk melakukan lebih dari apa yang mereka harapkan untuk dilakukan melalui peningkatan kesadaran terhadap kepentingan nilai pekerjaan karyawan, melalui upaya penyadaran bahwa kepentingan tim dan organisasi berada diatas kepentingan diri mereka sendiri, dan melalui peningkatan kebutuhan atau motivasi ke tingkat yang  lebih tinggi.
·         Kepemimpinan Karismatik ,membahas konsekuensi positif dari kepemimpinan karismatik bagi para pengikut dan organisasi.
§  Karismatik positif dan negatif
§  Sisi gelap dari karismatik
§  Pengaruh dari karismatik
§  Implikasi praktis bagi organisasi
BEBERAPA PENDAPAT TENTANG Kompetensi Kepemimpinan
Rotwell:
            Kompetensi adalah an area of knowledge or skill that is critical for production to output. Lebih lanjut Rotwell menuliskan bahwa competencies area internal capabilities that people brings to their job; capabilities which may be expressed in a broad, even infinite array of on the job behavior.
Spencer
            Kompetensi adalah ‘’… an underlying chaaceristic of  an individual that is casusally related to criterion referenced effective and/or superior performance in a job or situation’’.
 Zwell
            ‘’competencies can be defined as the enduring traits and characteristic that determine performance. Example of competencies are initiative, influence, teamwork, innovation, and strategic thinking’’.
            Beberapa pandangan di atas mengindikasi bahwa kompentensi merupakan karakterisitk atau kepribadian (traits) individual yang bersifat permanen yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang. Selain traits yaitu berupa motivies, self koncept, knowledge, dan skill.
Pendekatan Psikoanalitik terhadap Kepemimpinan
            Pandangan ini, ditemukan oleh Sigmund Freud, menyatakan bahwa sebagai besar perilaku manusia dibentuk oleh upaya yang tidak disadarinya untuk memuasi kebutuhan dan motivasi yang belum terpenuhi. Dengan kata lain, kita mungkin tidak memahami mengapa kita melakukan apa yang kita lakukan.



Komentar