BAB 18 KOMUNIKASI DAN NEGOSIASI


PENTINGNYA KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
            Ada tiga alasan, mengapa komunikasi yang efektif penting bagi manajer:
1.      Komunikasi ini merupakan suatu sarana yang penting bagi proses manajemen yang mencakup perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), kepemimpinan (leading), dan pengendalian (controlling).
2.      Ketrampilan berkomunikasi secara efektif merupakan tuntutan bagi manajer dalam berinteraksi dengan organisasi dunia yang multi budaya.
3.      Manajer membutuhkan banyak waktu untuk berkomunikasi, karena manajer tidak mampu memikirkan, merencanakan dan mempertimbangkan berbagai alternatif keputusan seorang diri.
KOMUNIKASI PERUASIF DAN KREDIBILITAS
            Kefektifan persuasi dipengaruhi oleh kredibiltas pengirim pesan (sender), semakin tinggi kredibilitas sender semakin efektif komunikasi persuasi yang dilakukan. Kredibilitas adalah kepercayaan, rasa hormat, dan integritas pihak lain (receiver) terhadap sender. Membangun kreadibilitas dapat dilakukan melalui keahlian (expertise) dan hubungan (relationship).
KOMUNIKASI INTERPERSONAL
            Komunikasi mengandung tiga hal penting, yaitu:
1.      Orang (people), komunikasi melibatkan suatu pemahaman bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain.
2.      Penyampaian makna (shared meaning), dalam suatu komunikasi orang-orang yang terlibat harus mempunyai definisi yang sama untuk suatu kata yang digunakan.
3.      Simbol-simbol (symbols), komunikasi dapat menggunakan gerakan tubuh (gesture), suara, surat, angka dan kata-kata yang mendekati makna yang ingin disampaikan.
Proses Komunikasi
            Proses komunikasi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Pengirim pesan atau sumber pesan (sender).
2.      Penerima pesan (receiver).
3.      Encoding.
4.      Decoding.
5.      Noise.
6.      Feedback.
            Ketidakefektifan suatu komunikasi terjadi apabila pesan yang disampaikan oleh pengirim tidak dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan, atau pesan yang sampai kepada penerima pesan berbeda dengan pesan yang dimaksud oleh pengirim. Ada beberapa aspek yang menjadikan komunikasi tidak efektif:
1.      Perbedaan persepsi
2.      Reaksi emosional
3.      Komunikasi verbal dan non verbal yang tidak konsisten
4.      Gangguan phisik
5.      Pemilihan saluran komunikasi yang buruk
6.      Pengaruh status
KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
            Komunikasi dalam suatu organisasi selain dipengaruhi oleh semua faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal, juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain sebagai berikut:
1.      Struktur formal organisasi
2.      Struktur wewenang
3.      Spesialisasi pekerjaan
4.      Informasi yang dimiliki oleh masing-masing individu.
KOMUNIKASI VERTIKAL
            Komunikasi vertikal dapat diartikan sebagai bentuk komunikasi antara bawahan kepada atasan (upward communication) dan komunikasi antara atasan kepada bawahan (downward communication) dengan mengikuti rantai komando.
KOMUNIKASI LATERAL
            Komunikasi lateral adalah komunikasi yang terjadi antar departemen dalam suatu organisasi , yang umumnya lebih mengikuti aliran kerja daripada rantai komando, serta menyediakan saluran langsung untuk melakukan koordinasi dan penyelesaikan masalah.
KOMUNIKASI INFORMAL
            Komunikasi informal adalah suatu bentuk komunikasi dalam organisasi yang tidak menimbulkan sanksi organisasi. Komunikasi ini muncul tanpa melalui suatu rantai komando formal, sehingga komunikasi ini dapat terjadi baik secara horisiontal, vertikal, maupun diagonal atau disebut grapevine chains. Pola-pola yang muncul dalam komunikasi informal dapat diidentifikasi kedalam 4 tipe, yaitu:
1.      Single strand chain.
2.      Gossip.
3.      Probability.
4.      Cluster chains.
MEMPERBAIKI KOMUNIKASI
            Sejumlah hal berikut ini : Active listening, Constructive feedback, Space design, Channels and technology utilization, Interactive management, dan Valuing culture and diversity dapat mengatasi noise, hambatan dan memperbaiki komunikasi.
KONFLIK
            Konflik adalah ketidak sepakatan antara seseorang dengan orang lain pada masalah-masalah substantif atau emosional. Konflik substantif adalah ketidaksepakatan terhadap tujuan dan tugas; alokasi sumber daya; distribusi penghargaan; kebijaksanaan; prosedur; dan penugasan. Konflik emosional bersumber dari marah; ketidakpercayaan; ketidaksukaan; rasa takut.
Konflik Fungsional Dan Disfungsional
            Konflik fungaional atau konflik konstruktif dapat mendorong seseorang untuk bekerja keras, kooperatif, kreatif, dan mencapai tujuan. Konflik disfungsional atau konflik distruktif terjadi bila intensitas konflik terlalu rendah atau terlalu tinggi.
Penyebab Konflik
            Sejumlah situasi yang dapat menimbulkan konflik antara lain adalah sebagai berikut: (1) peran yang ambigu; (2) keterbatasan sumber daya; (3) saling ketergantungan di antara pekerjaan atau tugas; (4) persaingan antar pekerja; (5) perbedaan struktural; (6) tidak teratasinya konflik sebelumnya.
Bagaimana Berurusan dengan Konflik
            Bila konflik terjadi, yang dapat dilakukan adalah: (1) dilakukan koreksi terhadap sumber konfliknya; atau (2) sumber konflik dibiarkan tetapi perilaku konflik dikendalikan (cara ini cenderung memperparah dan memunculkan kembali konflik); atau (3) mengeliminir penyebab konflik dan mengurangi potensi munculnya konflik yang sama di masa mendatang (conflict resolution).
Gaya Manajemen Konflik
            Lima gaya manajemen konflik adalah sebagai berikut:
1.       Avoidance or Withdrawal
2.       Accommodation or Smoothing
3.       Competition or Authoritative Command
4.       Compromise
5.       Collaboration or Problem Solving
NEGOSIASI
            Negoisasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses dua kelompok yang berinteraksi melalui berbagai channel komunikasi, dan mereka berusaha menyelesaikan konflik secara kekeluargaan. Preoses negosiasi merupakan bagian tugas manajer yaitu sebagai interpersonal role.
Stabilitas Hasil Negoisasi
            Apabial salah satu atau kedua kelompok tidak mantap dengan hasil negosiasi dan mempunyai alasan untuk melupakanya, maka mereka harus membuka kembali proses negosiasi. Namun apabila hasil negosiasi dapat dilaksanakan dalam jangka waktu yang panjang, maka hasil tersebut dikatakan hasil negoisasi yang stabil (stable outcome). Linda Putman membedakan dua jenis proses negoisasi berdasarkan relativitas prospek stabilitas negoisasi:
1.      Proses integratif (Integrative process)
2.      Proses distributif (Distributif process)


Komentar